Saturday, March 3, 2012

Perbedaan Mesin DOHC dan SOHC

DOHC adalah singkatan dari Double Overhead Camshaft (sebagai alternatif terhadap tipe mesin SOHC). Layout mesin ini menggunakan dua kem (noken as) pada blok mesin atas. Ini juga berarti bahwa pada mesin DOHC V terdapat 4 camshafts karena terdapat dua blok atas mesin yang mempermudah pabrikan menerapkan 4 klep per silinder. Kebanyakan DOHC juga mendatangkan kitiran mesin (RPM) yang lebih tinggi.


Letak klep yang lebih baik mengoptimalkan setup yang memaksimalkan pula performa mesin. Namun kekurangannya, berat akan bertambah, lebih mahal, dan lebih rumit. Pun lebih banyak parts untuk memutar dua kem.
Alasan utama menggunakan DOHC guna menambah lebih banyak klep pada setiap silinder. (Namun) jika SOHC memungkinkan penggunaan 4 valves per silinder (seperti pada MX atau Thundy 250), maka DOHC bukan lagi segalanya. Apalagi dengan bobotnya yang lebih berat.

Singkatnya, SOHC 16 valve memiliki torsi lebih baik pada putaran rendah karena lebih ringan (memutar mesin) dan sebaliknya DOHC menghasilkan torsi lebih rendah karena lebih berat. Namun pada pada kecepatan tinggi, torsi mesin DOHC 16 valve akan lebih baik. Itulah untung-ruginya. Bila jumlah klepnya sama, SOHC memiliki low-end torque lebih baik sementara DOHC memiliki top-end power lebih tinggi.
Keuntungan lain, DOHC lebih mudah menerapkan tenologi variable valve timing (VVT) dan lebih gampang ditune-up. Jika anda bermaksud menggunakan kem yang berprofil racing pada DOHC, profil lobe dapat lebih dioptimalkan karena lebih mudah mengutak-atiknya dalam keadaan terpisah.
Mengapa perlu lebih banyak klep? Mengapa anda tidak membuat masing-masing satu klep isap dan buang saja? Tentu tidak. Klep yang lebih besar akan lebih berat dan akan sangat sulit mengontrolnya pada putaran mesin yang tinggi. Per klep harus lebih kaku yang berarti pula dibutuhkan energi ekstra untuk menahan tekanan (gerak) klep. Percuma saja, bukan!
Juga pada kitiran mesin rendah, maka kecepatan isap klep besar menjadi lebih rendah. Sederhananya begini: daya tekanan pada lubang yang besar pasti lebih kecil dari pada lubang yang lebih kecil. Karena kecepatan isap menurun, torsi rendah dan gerakan mesin juga melemah.
Sekalipun dua klep yang lebih kecil akan seberat 1 klep besar, dan dengan tambahan pelatuk klep (rocker arm) dan per yang berarti sedikit lebih berat, namun semua itu tidak ada artinya dibanding menurunnya beban yang harus ditanggung pada proses buka-tutup klep. Jadi, lebih banyak klep per silinder lebih menguntungkan?
Mari bandingkan Nissan VG30E versus a VG30DE. Keduanya 3.000cc dengan electronic fuel injection, namun yang satu SOHC 2 klep dan yang terakhir DOHC 4 klep per silinder. Perhatikan diagram-diagram di bawah ini. Lihatlah RPM-nya sama saja pada putaran rendah, namun 2 klep per silinder telah mencapai puncaknya dan harus ganti gigi, sementara twincam 4 klep per silinder terus menambah tenaga pada puncak powerband-nya. Powerband (sebaran tenaga)-nya juga lebih lama. Tapi ingat, grafik ini untuk menentukan beda 2-valve dan 4-valves, bukan untuk membandingkan SOHC vs DOHC.
Kesimpulannya, SOHC memiliki torsi putaran bawah lebih baik, sementara DOHC sebaliknya (tenaga puncak dan lama waktu sebaran tenaga maksimal). 4 klep per silinder lebih baik dari 2 klep per silinder, entah 4 klep itu dipanceng pada SOHC ataukah DOHC.

Sumber : http://www.matabumi.com