Tuesday, November 22, 2011

sitem penilaian (perancangan pembelajaran biologi)

Prinsip-Prinsip Dan Strategi Penilaian Kelas
Setelah diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum yang diterapkan bagi pendidikan di Indonesia saat ini adalah Pembelajaran Berbasis Karakter.Seperti halnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, hasil kegiatan belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif dan psikomotor ditentukan oleh kondisi afektif siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Agar tercapai kriteria yang telah ditetapkan setelah proses belajar-mengajar, guru perlu mengembangkan matriks kompetensi belajar yang menjamin pengalaman belajar yang terarah serta perlu mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Penilaian otentik (authentic assessment) adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Muhaemin, 2008).Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat kualitatif (B. Uno, 2009).
Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan—tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum.Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif (Harjanto, 2008).

1. Tujuan Penilaian Kelas
Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu yang dilakukan tiga kali dalam tiap semester. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester.Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Secara umum, penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, memberikan umpan balik (feed back) untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas. Tujuan penilaian kelas dapat dispesifikasi sebagai berikut:
a) Penelusuran (keeping track) untuk menelusuri agar proses pembelajaran siswa sesuai dengan rencana.
b) Pengecekan (checking-up) untuk mengecek adanya kelemahan-kelemahan yang dialami siswa selama proses pembelajaran.
c) Pencarian (finding-out) untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.
d) Penyimpulan (summing-up) untuk menyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. (Chittenden, dalam Abdul Majid 2007:188).
e) Selektif, untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain : a) untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, b) untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, c) untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, d) untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
f) Diagnostik, dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
g) Penempatan, dengan penilaian guru dapat mengetahui kemampuan belajar siswa, sehingga dapat memudahkan pembagian kelompok belajar atau kelas, dimana anggotanya memiliki hasil belajar yang sama.
h) Pengukur keberhasilan, untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Ditinjau dari berbagai faktor antara lain: guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi (Arikunto, 1993).
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapat informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat dilakukan tindak lanjut yang merupakan fungsi evaluasi, antara lain : penempatan pada tempat yang tepat, pemberian umpan balik diagnosis kesulitan belajar siswa, atau penentuan kelulusan. Untuk masing-masing tindak lanjut tersebut diadakan tes yang diberi nama tes penempatan, tes formatif, tes diagnostik, dan tes sumatif (Daryanto, 2007).
2. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas yang disusun dengan perencanaan yang sistematis oleh guru memiliki fungsi motivasi, fungsi belajar tuntas, fungsi indikator efektivitas pengajaran, dan fungsi umpan balik.
Fungsi motivasi – penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motivasi belajar siswa.Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran. Motivasi yang tinggi dapat menjadi sebuah tenaga pendorong yang menyebabkan siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh. Guru dapat memberikan latihan, tugas, maupun ulangan yang memungkinkan siswa dapat melakukan proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Latihan, tugas, atau ulangan tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dirasakan menyenangkan bagi siswa dan menjadi kebutuhannya.Dengan demikian, siswa dapat memperoleh gambaran kemampuan yang telah dikuasainya dan siswa dapat terdorong untuk mendalami kemampuan yang belum dikuasainya.
Fungsi belajar tuntas – penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa.Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru mengadakan penilaian.Penilaian harus terus dilakukan jika suatu kemampuan belum dikuasai oleh sebagian besar atau seluruh siswa.
Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran – penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas selain untuk memantau kemajuan belajar siswa, juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh keberhasilan proses belajar-mengajar. Bila semua atau sebagian besar siswa telah menguasai kemampuan yang ditargetkan, dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Sebaliknya, bila guru menemukan adanya hanya sebagian siswa yang menguasai kemampuan yang ditargetkan maka guru perlu menganalisis dan merefleksi penyebab hal tersebut terjadi dan untuk selanjutnya guru harus meningkatkan efektivitas pengajaran.
Fungsi umpan balik – hasil penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru.Umpan balik harus sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan/atau pengayaan yang dianggap perlu, baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Analisis hasil penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperbaiki dalam proses belajar-mengajar agar dapat menciptakan lulusan yang bermutu dan berkompeten. Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan. Penyebabnya antara lain:
a. Input yang kurang baik kualitasnya;
b. Guru dan personal yang kurang tepat;
c. Materi yang tidak atau kurang cocok;
d. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai;
e. Kurangnya sarana penunjang;
f. Sistem administrasi yang kurang tepat.

3. Prinsip Penilaian Kelas
Agar penilaian kelas dapat mencapai tujuan dan memenuhi fungsi tersebut di atas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengacu pada kemampuan (competency referenced)
Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Ruang lingkup materi penilaian disesuaikan dengan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa yang telah diberikan mencakup materi esensial.
b) Berkelanjutan (continuous)
Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan yang mencakup pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang merupakan proses yang berkesinambungan dalam satu tahun ajaran.
c) Didaktis
Alat yang diguanakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-tes  dirancang baik isi, format maupun tata letak (lay out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Perencanaan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa lebih dalam dan mendorong belajar lebih kuat.


d) Menggali informasi
Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik.Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip “sedikit-tapi-banyak” (less-is-more).Prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas.

e) Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa.Hal-hal positif tersebut dapat berupa, misalnya jawaban yang benar yang diberikan oleh siswa diluar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru (Majid, 2007).

4. Prosedur dan  Metode Penilaian
Terdapat keterkaitan langsung antara penilaian kelas yang efektif oleh guru dengan aktivitas proses belajar mengajar.  Penilaian merupakan integral dari proses belajar mengajar. Dengan demikian kegiatan penilaian harus dipahami untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan proses belajar mengajar dapat digambarkan pada siklus berikut ini:
Dalam penyusunan rencana mengajar ini, guru harus mempertimbangkan rincian kompetensi yang harus dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indikator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi.
Hal yang paling penting diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah interaksi yang efektif antara guru, siswa, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah kepada penguasaan kompetensi oleh siswa.
Penilaian kelas harus digunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi sekaligus untuk mengukur efektifitas proses pembelajaran. Penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis hasil penilaian dan merumuskan umpan balik dalam merencanakan proses pembelajaran berikutnya. Dengan demikian rencana pembelajaran yang disiapkan guru untuk siklus pembelajran berikutnya harus berdasarkan hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya.
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan menentukan yang paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan.
Metode tersebut antara lain :
1. Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik soal pilihan ataupun uraian. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melalui test ini.
2. Test praktek (performance-test) sangat efektif untuk menilai tujuan dan pengalaman belajar yang lain seperti bercakap dan praktikum.
3. Penilaian afektif, dengan metode observasi guru dapat menilai aktivitas pembelajaran siswa dalam kelompok  dan skala sikap (ratingscale) sangat cocok untuk menilai aspek afektif, minat, dan motivasi anak didik.
4. Portofolio individu siswa (student portofolio), berisi kumpulan yang sistematis tentang kemajuan dan hasil belajar siswa sesuai dengan matriks kompetensi belajar yang telah ditetapkan. Portofolio siswa menggambarkan keseluruhan proses dan pencapaian belajar siswa pada kurun waktu tertentu. Portofolio dapat berupa rekaman perkembangan belajar dan psikososial anak (developmental), catatan prestasi khusus yang dicapai siswa (showcase), catatan menyeluruh kegiatan siswa dari awal sampai akhir (comprehensive), atau kumpulan tentang kompetensi yang telah dikuasai oleh siswa secara akumulatif (exit).
Penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan dan proses serta pengalaman belajar siswa agar tujuan dan fungsi penilaian lebih berdaya guna bagi perbaikan belajar siswa.
5. Pendekatan – pendekatan dalam penilaian
Pendekatan penilaian bersangkut paut dengan penggunaan standar penilaian dalam pengelolaan hasil penilaian. Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975 buku III B Pedoman Penilaian dikemukakan tentang adanya dua jenis standar penilaian yaitu :
a. Penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak
Dalam hal ini hasil yang dicapai masing-masing peserta didik dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.Penilaian ini menitikberatkan pada pengukuran sampai berapa jauh keberhasilan seseorang atas unit pelajaran yang telah diberikan.
b. Penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok)
Dalam hal ini penilaian menitikberatkan pada kedudukan seseorang dalam kelompoknya.Hasil yang dicapai seseorang dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompoknya (Rohani, 2004).



















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
B. uno, Hamzah.2009.Perancangan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Daryanto, Haji. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Harjanto. 2008. Perencanaan Pngajaran. Jakarta : Rineka Ciprta
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Muhaemin. 2008. Perencanaan Pembelajaran IPA.  Bandar Lampung : Universitas Lampung
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Syaodih, Nana dan Ibrahim. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta